profil ra kartini dalam bahasa jawa

Kartinimerasa tercerahkan dengan bimbingan sang kiai. Terjemahan Alquran dalam bahasa Jawa, beliau terima hingga 13 juz sebagai hadiah pernikahan pada 12 November 1903. Hingga beliau meyakini kemajuan Eropa yang sebelumnya menjadi inspirasi, tak layak untuk wanita pribumi. Sebab, menyalahi aturan agama, nurani, dan jati diri. KBRN Jakarta: Kamis (21/4/2022) kita memperingati Hari Kartini. Tanggal tersebut merupakan hari kelahiran RA Kartini, sosok pahlawan nasional buat kemajuan perempuan Indonesia. Seperti dilansir dari Encyclopedia Britannica, Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Jepara. Pada 21 April 1879, atau 143 RadenAdjeng Kartini adalah pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Jepara Hindia Belanda pada tanggal 21 April 1879 dan meninggal di Rembang Hindia Belanda pada tanggal 17 September 1904 pada usia yang masih muda yaitu 25 tahun. Untuk mengunduh File Gunakan tombol download dibawah ini. Biografi Ra Kartini Dalam Bahasa Jawa RadenAdjeng Kartini merupakan seorang keturunan bangsawan yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Mengutip situs resmi Kementerian Pertanian, ia adalah putri dari seorang Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, dan M.A. Ngasirah yang merupakan seorang guru agama di sekolah. ADVERTISEMENT RadenAjeng Kartini adalah salah satu pahlawan perempuan Indonesia yang berkat pemikirannya membuat emansipasi wanita kian meluaskan peran perempuan. Sebab, di masa kolonial, terikat pula dengan norma-norma budaya patriartki dalam kehidupannya sebagai perempuan Jawa, peran perempuan dianggap tak setara dengan laki-laki. Wann Flirtet Eine Frau Mit Mir. Profil RA Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia, Foto freepik Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tanggal 21 April seluruh rakyat Indonesia memperingati hari kelahiran RA Kartini, sang pejuang emansipasi wanita Indonesia. Untuk mengenalnya lebih dalam, simak profil RA Kartini di bawah RA Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita IndonesiaBerikut adalah profil Raden Ajeng Kartini yang dilansir dari buku Realizing the Dream of Kartini, Ohio University Press 20084-10.Lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, RA Kartini hidup di dalam keluarga bangsawan Jawa. Itulah yang membuat dirinya memperoleh gelar RA yang merupakan singkatan dari Raden Ajeng. Setelah menikah, sesuai tuntunan adat Jawa, gelarnya pun berubah menjadi Raden Ayu, tetapi masih dengan singkatan yang sama, yaitu emansipasi wanita ini merupakan putri pertama dari istri pertama dari Raden Adipati Ario Sosroningrat. Ayah dari RA Kartini, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV. Meskipun ibu RA Kartini yang bernama MA Ngasirah merupakan istri yang pertama, namun ibunya bukanlah istri yang Ngasirah merupakan putri dari seorang Kiyai di Telukawur, Surabaya. Pada masa itu, ada peraturan bahwa seorang bupati wajib menikahi sesama keturunan bangsawan. Karena MA Ngasirah bukan keturunan bangsawan, maka RM Adipati Ario Sosroningrat harus menikahi wanita lain yang merupakan keturunan bangsawan, yaitu Raden Ajeng Woerjan. Karena itu juga, sebelum menikah, RA Kartini yang merupakan anak ke-5 hidup bersama 10 saudara/i kandung dan Kartini bersekolah di ELS Europese Lagere School sampai usia 12 tahun. Di sekolah itulah beliau belajar Bahasa Belanda. Selain memperoleh ilmu, beliau juga memperoleh banyak teman, salah satunya adalah Rosa Abendanon yang sangat belajar surat-menyurat dengan para wanita di Eropa dan mulai tertarik dengan pola pikir mereka. Selain lewat surat, beliau juga mempelajari hal itu dari surat kabar, majalah, dan berbagai itulah RA Kartini mulai memperhatikan masalah emansipasi wanita di Indonesia. Menurutnya, wanita harus memperoleh kebebasan, otonomi, dan kesetaraan hukum yang sejajar dengan menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA Kartini melahirkan anak pertama yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Empat hari setelah itu, RA Kartini wafat di usia 24 tahun dan dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten kematiannya, sang suami sangat mengerti dan mendukung keinginan RA Kartini untuk memajukan wanita Indonesia. Beliau bahkan mendukung RA Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di sisi timur dari pintu gerbang perkantoran Rembang, yang kini sudah menjadi Gedung Pramuka. Berkat perjuangannya yang sangat menginspirasi itu, pada tahun 1912 Yayasan Kartini di Semarang mendirikan sekolah wanita yang dinamakan Sekolah profil RA Kartini, sang pejuang emansipasi wanita Indonesia. Selamat Hari Kartini! BR Jakarta - Siapa yang tidak mengenal RA Kartini, sosok perempuan penuh inspirasi yang namanya menjadi pahlawan bagi perjuangan perempuan di Indonesia. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, RA Kartini menjelma menjadi sosok inisiator emansipasi wanita yang namanya dikenang sepanjang masa. Kartini merupakan sosok yang lahir dalam trah bangsawan. Ia mendapat gelar RA yang merupakan singkatan dari Raden Ajeng. Namun setelah menikah, sesuai dengan tuntunan adat Jawa kepanjangan dari gelar RA tersebut berubah menjadi Raden Ayu. Karena kisah perjuangannya yang fenomenal dan sangat menginspirasi bangsa Indonesia, hari kelahirannya selalu diperingati sebagai “Hari Kartini” setiap 21 April. Peringatan tersebut juga sebagai pengingat terhadap generasi selanjutnya bahwa sosok Kartini yang telah ikut berjuang bagi rakyat Indonesia, terutama kaum wanita agar bisa lebih maju dan bersaing dengan bangsa lainnya patut diteladani dan diteruskan oleh generasi muda. Semangat juangnya terus mengalir sampai kepada generasi saat ini, terutama kaum perempuan. Bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” seolah benar menerangkan bahwa nilai-nilai yang dipegang teguh Kartini membawa kebaharuan ilmu pengetahuan untuk perkembangan zaman. Seperti pada rasa ingin tahunya yang tinggi membuat adanya titik cerah umat Islam di tanah Jawa dapat belajar makna dari kitab suci Alquran. Pada zaman Kartini, Alquran belum seperti sekarang yang telah dapat diterjemahkan dan tersebar secara massal di Tanah Air. Kala itu, tak banyak orang yang paham akan makna ayat-ayat dalam kitab suci umat islam tersebut. Hal itu menimbulkan kegelisahan batin seorang perempuan priyayi Jawa, RA Kartini. Saksikan Video Pilihan di Bawah IniYuk, simak fakta seputar Kartini yang perlu kamu ketahui di video ini!Miliki Rasa Penasaran, Curhat pada Sahabat PenaIbu RA Kartini diyakini meninggal akibat penyakit Preeklampsia. Apa itu ya?RA Kartini memang dikenal sebagai perempuan yang kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dia dilahirkan di keluarga ningrat yang memegang kukuh tata nilai adat Jawa. Sang ayah, RM Sosroningrat adalah Bupati Jepara yang terhormat. Sementara ibunya, Ngasirah, berasal dari masyarakat biasa. Dalam tata nilai adat Jawa, rasa penasarannya itu adalah bukan hal yang lumrah, terlebih Kartini adalah seorang perempuan. Perempuan yang kini bergelar pahlawan nasional itu makin gelisah lantaran para ulama pada zamannya melarang umat Islam untuk mendiskusikan perkara agama dengan non-muslim. Namun, yang bisa dilakukannya kala itu hanyalah menuliskan curahan hati kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Salah satunya tercatat dalam surat bertanggal 6 November 1899 yang dikutip dari buku bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang. "Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?" tulis Kartini dalam suratnya, seperti kutip. "Alquran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca. Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghapal bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?" tulis RA Kartini kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Meski sudah mencurahkan isi hatinya kepada Stella, kegelisahan Kartini atas keputusan ulama yang melarang penerjemahan Alquran tetap berlanjut sampai beberapa tahun kemudian. Sampai kartini mengirim surat kepada istri Direktur Pendidikan Agama dan Industri Hindia Belanda Nyonya Abendanon. Dalam surat tertanggal 15 Agustus 1902 dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang itu, Kartini menuliskan, tak mau lagi mempelajari Alquran. "Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghapal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya," tulis dia. "Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya," kata Kartini. Kisah Berpikir Kritisnya Kartini dan Bertemu Ulama MasyhurHari Pahlawan - RA Kartini yang selama ini terpendam dalam pikiran Kartini kini menemui muaranya. Dia dipertemukan dengan seorang ulama bernama Kiai Sholeh Darat. Alkisah, keduanya bertemu dalam pengajian di rumah Bupati Demak yakni Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga paman Kartini. Dengan seksama Kartini memperhatikan ketika Kiai Sholeh memberikan penjelasan terhadap tafsir surat Al Fatihah, yang merupakan surat pembuka dalam kitab suci Alquran. Mendengar penjelasan tersebut hati Kartini tergetar setelah mengetahui apa yang ia dengar dari Kiai tentang isi dari tafsir yang terkandung dalam surat Al Fatihah. Kisah ini dituturkan oleh cucu dari mendiang Kiai Sholeh, yang bernama Fadhila Sholeh. Fadhilah menjukkan melalui tulisan dalam bentuk selebaran yang terdapat di makam Kiai Sholeh di daerah Semarang. "Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya," tutur Fadhila dalam tulisannya. Kisah ini berlanjut begitu pengajian usai, Kartini segera menemui pamannya. Ia menyampaikan keinginan bertemu Kiai Sholeh untuk berguru. Bahkan Kartini mendesak pamannya untuk menemani dirinya untuk menemui sang ulama. Hal tersebut lantaran keingintahuan Kartini yang begitu besar. Seketika Pamannya menyanggupi dan menuruti untuk mengantar Kartini ke rumah sang Kiai. Pamannya begitu terenyuh melihat Kartini yang begitu besar rasa ingin belajarnya terhadap agama. Mereka berdua akhirnya sampai ke kediaman Kiai dan terjadilah dialog yang menyadarkan sang Ulama terhadap pentingnya terjemahan Al Quran sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh umat islam di Indonesia. "Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?" tutur Kartini membuka dialog dengan Kiai Sholeh Darat setelah berbasa-basi lazimnya orang Sholeh malah balik bertanya, "Mengapa Raden Ajeng mempertanyakan hal ini? Kenapa bertanya demikian?". Kemudian Kartini mengungkapkan kekagumannya terhadap Al Quran dan sekaligus keresahannya yang selama ini tidak sesuai dengan pola pikirnya, "Kiai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," jawab Kartini. Kartini lalu menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah diberi kesempatan memahami Al Fatihah. Kyai Sholeh tertegun. Kiai kharismatik itu tak kuasa menyela. "Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" ucap perempuan bangsawan itu. Mengingat kembali perjuangan RA Kartini lewat kata-kata mutiaranya. Sumber MerdekaFadhila menuliskan, mendengar ucapan Kartini, Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali bertasbih, Subhanallah. Perempuan bangsawan itu telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa. Setelah pertemuan itu, Kiai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan itu kemudian diberikannya sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia. Surat yang diterjemahkan Kiai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Terjemahan itu dipelajari Kartini dengan serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikutnya karena Kiai Sholeh meninggal dunia sebelum bisa menyelesaikan terjemahan surat-surat lainnya. Cerita Fadhila tentang pertemuan Kartini dan sang ulama itu dibenarkan oleh cicit Kiai Sholeh, Lukman Hakim Saktiawan. Pria yang karib disapa Gus Lukman itu menyebutkan, Kartini merupakan santri Kiai Sholeh. "Bu Fadhilla Sholeh membuat catatan itu karena peran Kiai Sholeh Darat seakan sengaja dihilangkan dalam proses pendewasaan berpikir Kartini," kata Gus Lukman kepada Gus Lukman menuturkan, tafsir Al Fatihah sang kiai ditulis menjadi kitab berjudul, Faid Ar Rahman. Inilah kitab tafsir Al-Qur’an perdana di Tanah Air yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. "Apa yang ia Kartini tulis dalam Habis Gelap Terbitlah Cahaya Door Duisternis tot Licht itu pasti dipengaruhi oleh guru yang sangat ia hormati selama mengaji Alquran," tutur dia. "Besar kemungkinan, Kartini menemukan susunan kata legendaris tersebut dalam pengajian Faid Ar-Rahman bersama Kiai Sholeh. Sebab kata-kata itu jelas diambil dari Alquran, minazzulumati ilan nur dari kegelapan menuju cahaya QS Ibrahim [14] 1," ucap Gus Lukman. Dinda Permata - Syauyiid Alamsyah* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 0% found this document useful 0 votes624 views8 pagesDescriptionBiografi RA Kartini Dalam Bahasa JawaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes624 views8 pagesBiografi RA Kartini Dalam Bahasa JawaJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. - Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini adalah tokoh emansipasi wanita yang berasal dari Jepara, Jawa Tengah. RA Kartini dikenal sebagai sosok pemberani, yang semasa hidupnya terus memperjuangkan harkat dan martabat perempuan agar bisa mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki. Pada masa perjuangan kemerdekaan, tidak semua perempuan dapat bersekolah. Hanya perempuan bangsawan saja yang memiliki kesempatan mendapat dari situ, RA Kartini terdorong untuk memajukan kaum perempuan pribumi agar tidak dipandang memiliki kedudukan yang rendah. Lalu, apa saja perjuangan dan jasa RA Kartini untuk bangsa Indonesia? Baca juga Asal Usul Patung Kartini Pemberian JepangMendirikan sekolah perempuan RA Kartini merupakan putri dari Bupati jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, yang lahir pada 21 April 1879. Karena latar belakang keluarganya, ia memiliki kesempatan untuk mendapat pendidikan yang layak. Ia bersekolah di Europeesche Lagere School ELS dan belajar bahasa Belanda hingga usia 12 tahun. Setelah itu, RA Kartini diharuskan tinggal di rumah atau dipingit. Artinya, ia tidak diperbolehkan keluar rumah dan melakukan aktivitas lain sampai menikah. Selama menjalani pingitan, RA Kartini tidak berdiam diri. Ia tetap belajar mandiri dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda. RA Kartini Foto LPMP Riau KemdikbudSetiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Kartini. Ini adalah bentuk penghormatan untuk RA Kartini, pahlawan nasional yang berjasa bagi Tanah Air. Tahun ini, Hari Kartini jatuh pada Rabu 21/4.Sosok RA Kartini tidak bisa dipisahkan dari usaha kerasnya memperjuangkan kesetaraan gender. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk melawan diskriminasi terhadap perempuan dan memajukan pemikiran wanita Kartini juga berhasil mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi kala itu. Beliau juga menjadi inspirasi bagi beberapa tokoh nasional, salah satunya adalah W. R. Soepartman yang merilis lagu "Ibu Kita Kartini".Untuk mengenang sosok dan jasanya terhadap kaum perempuan di Indonesia, mari simak profil RA Kartini berikut RA KartiniRA Kartini dan Raden Adipati Joyodiningrat Foto LPMP Riau KemdikbudRaden Adjeng Kartini merupakan seorang keturunan bangsawan yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Mengutip situs resmi Kementerian Pertanian, ia adalah putri dari seorang Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, dan Ngasirah yang merupakan seorang guru agama di seorang priyayi, Kartini berhak mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan. Beliau akhirnya bersekolah di Europese Lagere School alias ELS. Di tempat tersebut, ia belajar bahasa berusia 12 tahun, sang ayah melarang Kartini untuk melanjutkan studinya. Sebab, sesuai dengan kebiasaan kala itu, perempuan yang berusia 12 tahun harus berdiam di rumah dan menunggu tinggal di rumah, Kartini kecil mulai bertukar surat dengan teman korespondensi yang kebanyakan berasal dari Belanda. Salah satu temannya adalah Rosa Abendanon yang selalu memberi dukungan penuh kepada Rosa, Kartini mulai sering membaca buku, koran, dan majalah Eropa. Bacaan tersebut membangkitkan semangat api dalam diri Kartini untuk memajukan derajat wanita Kartini menginjak usia 20 tahun, ia sudah membaca berbagai buku seperti De Stille Kraacht tulisan Louis Coperus, Roman Feminis karangan Nyonya Goekoop de Jong Van Beek, hingga Surat Cinta karya 12 November 1903, Kartini dipaksa menikah dengan seorang Bupati Rembang yang bernama Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Beruntung, sang suami mendukung cita-cita Kartini. Beliau diperbolehkan mendirikan sekolah wanita di Kabupaten 13 September 1904, beliau melahirkan seorang anak yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Namun beberapa hari kemudian, ia menghembuskan napas terakhirnya di usia 25 Kartini tidak mengakhiri perjuangan beliau. Setelah dirinya tiada, salah satu temannya, Mr. Abendanon mengumpulkan surat yang pernah dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di itu kemudian dibukukan dan diberikan nama "Door Duisternis tot Licht" yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Pada 1922, Balai Pustaka menerjemahkan buku tersebut dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".Pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menerbitkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964 yang memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan penetapan Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April.

profil ra kartini dalam bahasa jawa